MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
BAB I
PENDAHULUAN
Pengelolaan
pendidikan di Indonesia selama ini banyak menggunakan sistem
sentralistik, dalam sistem tersebut membatasi orang yang berkecimpung
langsung di dunia pendidikan (di sekolah) untuk berpartisipasi
langsung dalam manajemen sekola. Lalu sekarang mulailah berkembang
satu pemikiran pengelolaan pendidikan, yang memberikan keleluasaan
kepada sekolah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai kebijakan
secara luas Pemikiran tersebut dikenal sebagai Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) atau school based manajemen (SBM). Pemikiran
tersebut telah berhasil memecahkan berbagai masalah pendidikan di
negara maju, seperti Australia dan Amerika.
Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) sendiri adalah
model pengelolaan yang memberikan otonomi ( kewenangan dan tanggung
jawab yang lebih besar kepada sekolah ), Fleksibilitas, mendorong
partisipasi secara langsung dari warga sekolah dan masyarakat, dan
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional
serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari
pengertian tersebut dapat diketahui bahwa MBS memberikan hak control
kepada kepala sekolah, guru, siswa, dan orangtua. MBS jugs mrupsksn
salah satu upaya pemerinth untuk mencapai keunggulan masyarakat dalam
penguasaan ilmu dan tehnologi, yang ditunjukkan dengan pernyataan
politik dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
MBS memberikan
otonomi pada sekolah dalam pengelolaan pendidikan. Hal tersebut
dilakukan agar dapat meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan
pendidikan. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, diperlukan
strtegi-strategi yang dapat menunjang pengimplementasian MBS agar
dapat tercapai tujuan pendidikan secara maksimal.
Jika
diimplementasikan secara optimal, maka MBS akan optimal dalam
merelisasikan tujuan pendidikan. Namun segala sesuatu pasti tidak ada
yang sempurna. Seperti halnya MBS, walaupun dapat mewujudkan tujuan
pendidikan namun dalam pelaksanaannya menemui banyak kendala,
terutama kesiapan sekolah untuk menerima perubahan manajemen yang
baru.
Dari
pemaparan-pemapar diatas, akan dibahas lebih lanjut didalam makalah
ini dengan pokok bahasan :
Pengertian Manajemen
Berbasis Sekolah
Tujuan Manajemen
Berbasis Sekolah
Manfaat Manajemen
Berbasis Sekolah
Strategi
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
Hambatan Manajemen
Berbasis Sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Pengertian
Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis
Sekolah adalah model pengelolaan yang memberikan otonomi ( kewenangan
dan tanggung jawab yang lebih besar kepada sekolah ), Fleksibilitas,
mendorong partisipasi secara langsung dari warga sekolah dan
masyarakat, dan meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan
pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ogawa dan
White (1994:53) mengatakan bahwa School Base Management is
one of form of restructuring that has gained widespread attention.
Like others, it seek to change the way school system conduct
business. It is aimed squarely at improving the academic performance
of school by changing their organizational design. Drawing on the
experience of the existing program.1
MBS merupakan salah
satu jawaban pemberian otonomi daerah di bidang pendidikan dan telah
diundang-undangkan dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal
51 ayat (1) yang berbunyi “ Pengelolaan satuan pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan
berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen
berbasis sekolah.”2Oleh
karena itu, MBS wajib diketahui, dihayati dan diamalkan oleh wargan
negara Indonesia terutama mereka yang ber-kecimpung di dunia
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
MBS memberikan
otonomi yang lebih besar kepada sekolah. Sekolah memiliki kewenangan
dan tanggungjawab yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya
sehingga lebih mandiri. Dengan kemandiriannya, sekolah lebih berdaya
dalam mengembangkan program-program yang lebih sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan/potensi yang dimiliki. Dengan fleksibilitas
dan keluwesannya, sekolah akan lebih lincah dalam mengelola dan
memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal. Dengan
partisipasi/pelibatan warga sekolah dan masyarakat secara aktif dalam
penyelengaraan sekolah, rasa memiliki terhadap sekolah dapat
ditingkatkan. Peningkatan rasa memiliki ini akan menyebabkan
peningkatan rasa tanggung jawab. Rasa tanggung jawab akan
meningkatkan dedikasi warga sekolah dan masyarakat terhadap sekolah.
Hal inilah yang akan menjadi esensi partisipasi warga sekolah dan
masyarakat dalam pendidikan.
Karakteristik MBS
Menurut
Levacic, ada tiga karakteristik dalam manajemen berbasis sekolah yang
menjadi ciri khas dan harus dikedepankan dari yang lain pada
manajemen tersebut, yaitu sebagai berikut3:
Kekuasaan dan
tanggungjawab dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
peningkatan mutu pendidikan yang didesentralisasikan kepada
stakeholder sekolah
Domain manajemen
peningkatan mutu pendidikan yang mencakup keseluruhan aspek
peningkatan mutu pendidikan mencakup kurikulum, kepegawaian,
keuangan, sarana prasarana, dan penerimaan siswa baru.
Walaupun keseluruhan
domain manajemen peningkatan mutu pendidikan didesentralisasikan
kepada sekolah, diperlukan regulasi yang mengatur fungsi kontrol
pusat terhadap keseluruhan pelaksanaan kewenangan dan tanggung jawab
pemerintah.
Menurut Edmon,
indokator yang menunjukkan karakteristik dari konsep manajemen
berbasis sekolah ini, antara lain sebagai berikut
Lingkungan sekolah
yang aman dan tertib.
Sekolah memiliki
visi dan target mutu yang ingin dicapai.
Sekolah memiliki
kepemimpinan yang kuat.
Adanya harapan yang
tinggi dari personel sekolah untuk berprestasi.
Adanya pengembangan
staff sekolah yang terus-menerus sesuai tuntutan IPTEK.
Adanya pelaksanaan
evaluasi yang terus-menerus terhadap berbagai aspek akademik dan
administratif dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/perbaikan
mutu.
Landasan Yuridis
Pelaksanaan MBS
Secara Yuridis,
penerapan MBS dijamin oleh peraturan perundang-undangan berikut
Undang-undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat (1)
“Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan
minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah.
Undang-undang No. 25
Tahun 200 tentang program pembangunan Nasional tahun 2000-2004 pada
Bab VII tentang bagian program pembangungan bidang pendidikan,
khususnya sasaran yaitu terwujudnya manajemen pendidikan yang
berbasis pada sekolah dan masyarakat.
Keputusan menteri
pendidikan nasional nomor 44 tahun 2002 tentang pembentukan dewan
pendidikan dan komite sekolah.
Kepmendiknas No. 87
tahun 2004 tentang standar akreditasi sekolah, khusus tentang
manajemen berbasis sekolah
Peraturan pemerintah
No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, khususnya
standar pengelolaan sekolah.
Tujuan MBS
Tujuan
umum Manajemen berbasis sekolah adalah untuk memandirikan atau
memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan ( otonomi ) kepada
sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah
untuk mengelola sumber daya sekolah dan mendorong partisipasi warga
sekolah serta masyaratkat untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Menurut
Kustini Hardi, ada tiga tujuan diterapkannya Manajemen berbasis
sekolah yaitu4:
Mengembangkan
kemampuan kepala sekolah bersama guru dan unsur komite sekolah dalam
aspek manajemen berbasis sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah.
Mengembangkan
kemampuan kepala sekolah bersama guru dan unsur komite sekolah dalam
pelaksanaan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, baik disekolah
maupun di lingkungan masyarakat setempat.
Mengembangkan peran
serta masyarakat yang lebih aktif dalam masalah umum persekolahan
dari unsur komite sekolah dalam peningkatan mutu sekolah.
Adapun
menurut E. Mulyasa, implementasi manajemen berbasis sekolah ini
bertujuan untuk peningkatan efisiensi antara lain diperoleh melalui
keleluasaan mengelola sumberdaya partisipasi masyarakat dan
penyederhanaan birokrasi, peningkatan mutu dapat diperoleh melalui
partisipasi orangtua terhadap sekolah, flesibilitas pengelolaan
sekolah dan kelas, berlakunya sistem intensif dan disensitif,
peningkatan pemerataan pendidkan antara lain diperoleh melalui
peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih
berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan karena
pada sebagian masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang tinggi terhadap
sekolah.
Dari
uraian tersebut, dapat dipahami bahwa tujuan manajemem berbasis
sekolah adalah peningkatan mutu pendidikan, yakni dengan memandirikan
sekolah untuk mengelola lembaga bersama pihak terkait ( guru, peserta
didik, masyarakat, wali murid dan instansi lain ) sehingga sekolah
dan masyarakat tidak perlu lagi menunggu instruksi dari atas dalam
mengambil langkah-langkah untuk memajukan pendidikan. Mereka dapat
mengembangkan suatu visi pendidikan sesuai dengan keadaan setempat
dan melaksanakan visi tersebut secara mandiri.
Prinsip-Prinsip
MBS
Manajemen Berbasis
Sekolah dilaksanakan dengan prinsip-prinsip berikut5
:
Partisipasi adalah
proses dimana stakeholder terlibat aktif baik dalam pengambilan
keputusan, pembuatan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pendidikan di sekolah. Dengan adanya partisipasi ini akan
meningkatkan rasa kepemilikan sehingga akan meningkatkan rasa
tanggung jawab.
Transparansi,
manajemen sekolah dilaksanakan secara transparan, mudah diakses
anggota, dan manajemen memberikan laporan secara kontinue sehingga
staheholders dapat mengetahui proses dan hasil pengambilan keputusan
serta kebijakan sekolah. Dengan tranparansi memungkinkan meningkatkan
kepercayaan stakehonders pada kewibawaan dan citra sekolah.
Akuntabilitas,
sekolah harus mempertanggungjawabkan aktivitas penyelenggaran sekolah
yang telah diamanatkan, dengan melakukan manajemen sebaik mungkin.
Profesionalisme,
untuk mencapai kemandirian dengan tingkat prakarsa dan kreatifias
yang tinggi memerlukan profesionalisme dari semua komponen personil,
baik jajaran manajemen, pendidik dan tenaga kependidikan lainnya,
maupun komite sekolah.
Memiliki wawasan
kedepan berupa visi, misi, dan strategi kearah pencapaian mutu
pendidikan.
Sharing Authority
dalam implementasi manajemen, tidak one man show tetapi
berpijak pada kekuatan kerja tim yang solid.
Manfaat MBS
Menurut Eman
Suparman, ada beberpa manfaat yang bisa diraih dari MBS yaitu6
:
Sekolah sebagai
lembaga pendidikan lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman bagi dirinya dibanding dengan lembaga-lembaga lain. Sehingga
sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk
memajukan lembaganya
Sekolah lebih
mengetahui sumber daya yang dimilikinya dan input pendidikan yang
akan dikembangkan serta didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik
Sekolah dapat
beranggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada
pemerintah, ornag tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya
sehingga sekolah dapat berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan
dan mencapai sasaran mutu yang telah direncanakan
Sekolah dapat
melakukan persaingan sehat dengan sekolah lain untuk meningkatkan
mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatiff dengan dukungan orang
tua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat
Menurut E.Mulyasa,
manfaat MBS adalah memberikan kebebasan dan kkuasaan yang besar
kepada kepala sekolah beserta seperangkat tanggung jawab.Sehingga
dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan
sumber daya sekolah dan pengembangan MBS dapat sesuai dengan kondisi
di sekolah yang bersangkutan7.
Dalam sumber lain
(jurnal.untan.ac.id, “Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah…”,
oleh Wahyudi) sesuai dengan karkteristik MBS yang telah dipaparkan,
diharapkan MBS dapat mendukung efektivitas dalam mencapai tujuan dari
sekolah. Sehingga secara umum manfaat yang bisa diambil dari
manajemen berbasis sekolah adalah sebagai berikut8
:
Sekolah dapat
mengoptimalkan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolah,
karena pihak sekolah sendiri lebih mengetahui peta kekuatan ,
kelemahan, peluang dan ancaman yang mungkin dihadapi
Sekolah lebih
mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input dan output
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta
didik
Pengambilan
keputusan partisipatif yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan
sekolah, karena sekolah lebih tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya
Penggunaan sember
daya pendidikan lebih efisien dan efektif jika masyarakat turut serta
mengawasi
Keterlibatan warga
sekolah dalam pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparansi
dan demokrasi yang sehat
Sekolah
bertanggungjawab tentang mutu pendidikan disekolahnya kepada
pemerintah, orang tua, pesrta didik dan masyarakat
Sekolah dapat
bersaing dengan sehat untuk meningkatkan mutu pendidikan
Strategi
Implementasi MBS
Implementasi MBS
akan berlangsung secara efektif dan efisien apabila didukung oleh
sumber daya manusia yang professional untuk mengoperasikan sekolah,
dana yang cukup agar sekolah mampu menggaji staf sesuai dengan
fungsinya, sarana prasarana yang memadai untuk mendukung proses
belajar-mengajar, serta dukungan masyarakat yang tinggi9.
Namun untuk di Indonesia khususnya kualifikasi sekolah sangat
bervariasi, dilihat dari segi kualitas ( sekolah yang maju sampai
yang tertinggal ), lokasi sekolah (terletak di perkotaan sampai
daerah terpencil), dan partisipasi masyarakat (Partisipasinya tinggi
sampai yang tidak berpartisipasi sama sekali. Keberagaman tersebut
sepertinya akan menjadi kendala dalam pelaksanaan MBS. Oleh karena
itu agar MBS dapat diimplementasikan perlu adanya pengelompokan
sekolah berdasarkan kemampuan manajemen masing-masing. Pengelompokan
dapat menggunakan pertimbangan lokasi dan kualitas sekolah. Berikut
adalah contoh pengelompokan sekolah dalam MBS10
:
-
Kemampuan SekolahKepala Sekolah dan GuruPartisipasi MasyarakatPendapatan Daerah dan Orang TuaAnggaran SekolahSekolah dengan kemampuan manajemen tinggiKepala Sekolah dan guru berkompetensi tinggiParisipasi masyarakat tinggi (termasuk dukungan dana)Pendapatan daeran dan orang tua tinggiAnggaran sekolah di luar anggaran pemerintah tinggiSekolah dengan kemampuan manajemen sedangKepala Sekolah dan guru berkompetensi sedangPartisipasi masyarakat sedang (termasuk dukungan dana)Pendapatan daeran dan orang tua sedangAnggaran sekolah di luar anggaran pemerintah sedangSekolah dengan kemampuan manajemen rendahKepala sekolah dan guru berkompetensi rendahPartisipasi masyarakat kurang (termasuk dukungan dana)Pendapatan daeran dan orang tua rendahAnggaran sekolah di luar anggaran pemerintah rendah
Berdasarkan kondisi
diatas, mengisyaratkan bahwa tingkatan kemampuan manajemen sekolah,
untuk mengimplementasikan MBS berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
Perbedaan kemampuan manajemen tersebut, mengharuskan perlakuan yang
berbeda terhadap setiap sekolah untuk menerapkan paradigm baru yang
ditawarkan MBS. Milsanya saja, sekolah A hanya memerlukan pelatihan
untuk dapat mengimplementasikan MBS, namun sekolah yang lain
memerlukan dukungan-dukungan tambahan dari pemerintah untuk dapat
mengimplementasikan MBS. Dari bebagai macam kondisi sekolah yang
berbeda, maka dibutuhkan strategi yang dapat digunakan agar dapat
memaksimalkan tujuan dari MBS.
Secara umum strategi
pelaksanaan manajemen berbasis sekolah adalah sebagai berikut 11:
Penyiapan konsep MBS
Penyiapan konsep MBS
yaitu penyiapan buku panduan sebagai pedoman utama dalam memahami
manajemen berbasis sekolah. Di dalam buku panduan tersebut berisi
latar belakang, manfaat, karakteristik, prinsip-prinsip, serta
strategi implementasi manajemen berbasis sekolah serta criteria
keberhasilannya.
Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan
meliputi :
Kegiatan seminar dan
lokakarya, dilakukan diskusi, tukar pendapat antara kelompok kerja
MBS dengan berbagai unsur terkait di Dinas Pendidikan Kabupaten/kota,
dengan para praktisi pendidikan (guru, kepala sekolah, pengawas),
dengan para akademisi FKIP, dengan para cendekiawan, dunia usaha,
anggota legislative, seta pihak lain yang peduli terhadap kemajuan
dunia pendidikan.
Pelatihan MBS bagi
para kepala sekolah untuk menyiapkan leader yang mampu memahami
konsep MBS dan kompeten dalam melaksanakan tahapan MBS sesuai standar
yang ditetapkan.
Pembentukan komite
sekolah dilaksanakan di setiap satuan pendidikan, dengan
mempertimbangkan keterwakilan unsur-unsur masyarakat, sekolah dan
pemangku kepentingan lainnya
Pengembangan sekolah
model MBS adalah sekolah yang telah berhasil menerapkan manajemen
berbasis sekolah dan selanjutnya sebagai sekolah percontohan atau
rujukan bagi sekolah lainya dalam melaksanakan MBS
Monitoring dan
evaluasi dilakukan untuk mengetahui hambatan dan kendala dalam
melaaksanakan tahapan manajemen berbasis sekolah guna dilakukan
perbaikan dan penyempurnaan dalam aspek prosedur, organisasi,
personalian dan lainnya
Desiminasi
(memasyarakatkan ) MBS ke satuan pendidikan (sekolah) di wilayah
kabupaten/kota, agar dapat mengimplementasikannya secara efektif dan
efisien
Evaluasi dan
Perbaikan Berkelanjutan
Meskipun telah
dikembangkan sekolah model MBS dan dibuat panduan untuk pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah, perlu kiranya dilakukan evaluasi terhadap
pencapaian tujuan pada setiap sekolah. Beragamnya kemampuan manajemen
disetiap sekolah akan berpengaruh terhadap keberhasilan MBS.
Pentahapan
implementasi MBS secara garis besarnya, menurut Fattah (2000) dibagi
menjadi tiga tahap yaitu12
:
Tahap Sosialisasi,
Tahap Piloting,
merupakan tahap uji coba agar penerapan MBS tidak mengandung banyak
resiko. Efektivitas model uji coba memerlukan memerlukan persyaratan
dasar yaitu : (i) Akseptabilitas artinya adanya penerimaan dari para
tenaga kependidikan dengan andanya model MBS; (ii) Akuntabilitas
artinya program MBS harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara
konsep, operasional, dan penanaanya; (iii) Reflikabilitas artinya
model MBS yang diujikan dapat direflikasi di sekolah lain sehingga
perlakuan yang diberikan di sekolah ujicoba dapat diberikan di
sekolah lain; (iv) Sustainbilitas artinya program MBS dapat dijaga
kesinambungannya setelah uji coba dilaksanakan
Tahap Diseminasi
merupakan tahapan memasyarakatkan model MBS yang telah diujicobakan
ke berbagai sekolah agar dapat mengimplementasikannya secara efektif
dan efisien
Hambatan MBS
Jika dilihat dari
tujuan awal, tujuan MBS adalah untuk meningkatkan kinerja sekolah,
terutama meningkatkan hasil belajar siswa. Namun dalam pelaksanaanya
sering terjadi penyimpangan sehingga hasilnya melenceng dari tujuan.
Menurut Drury dan Levin (1994), MBS belum bisa meningkatkan prestasi
belajar siswa, namun menurut konsepnya MBS memiliki potensi untuk
meningkatkan prestasi siswa13.
Selain itu Oswald berpendapat bahwa berdasarkan penelitian, belum ada
yang berhasil menujukkan pengaruh penerapan MBS sebagai solusi dari
permasalahan di sekolah14.Pendapat
yang serupa juga diungkapkan oleh Paterson, yaitu MBS belum berhasil
meningkatkan prestasi belajar siswa karena kurangnya konsentrasi
penerapan MBS pada kegiatan pembelajaran dan kurikulum dan lebih
terkonsentrasi pada hal-hal yang sifatnya tersier dan bukan yang
sifatnya primer.
Wohlstetter dan
Mohrman menyatakan terdapat empat macam kegagalan dalam implementasi
MBS, yaitu15
(i) Sekedar mengadopsi model apa adanya tanpa upaya kreatif; (ii)
kepala sekolah bekerja berdasarkan
agendanya sendiri tanpa memerhatikan aspirasi seluruh dewan sekolah;
(iii) kekuasaan pengambilan keputusan terppusat pada satu pihak dan
cenderung semena-mena; (iv) Menganggap bahwa MBS adalah hal yang
biasa dengan tanpa usaha yang serius akan berhasil tanpa sendirinya.
Padahal dalam pelaksaanya MBS memerlukan waktu tenagadan pikiran
secara besa-besaran. Dan di negara-negara maju yang telah
melaksanakan MBS, hasil MBS baru bisa dilihat setelah empat tahun.
Dalam sumber lain
(journal.amikom.ac.id “Kendala Manajemen Berbasis Sekolah,
Oleh : Prof. Dr. Ki Supriyoko, M.Pd) diungkapkan bahwa, MBS
mengalami kendala dalam pelaksanaanya karena MBS menghendaki
kemandirian sekolah, namun kebiasaan kepala sekolah yang hanya
menerima intruksi dari pusat dalam melakukan tugas terutama hal-hal
yang fundamental menghambat kreatifitas dan kemandirian yang
dikendaki dalam MBS. Hal tersebut juga berimbas pada guru dan staff
sekolah yang terbiasa mendapat instruksi dari kepala sekolah. Dan
selama ini banyak guru dalam mengajar hanya berdasar petunjuk baik
menyangkut kurikulum, silabi, buku pegangan, sampai dengan metode
mengajar di kelas. Banyak guru yang sama sekali tidak pernah membaca
buku-buku berkait dengan mata pelajaran yang diampu dikarenakan hanya
mau membaca buku sesuai petunuk. Itulah sebabnya kurikulum sekolah di
Indonesia tidak pernah berkembang di lapangan, silabi kita mati,
metode mengajar para guru stagnan, dan kreativitas guru tak pernah
berkembang, sehingga menghambat kemandirian sekolah yang ingin
dicapai MBS. Dengan fakta tersebut, sebenarnya MBS tidap dapat serta
merta diterapkan diseluruh sekolah, tetapi dapat diterapkan di
sekolah yang mempunyai sumber daya manusia yang memadai.
Kesimpulan
Manajemen
Berbasis Sekolah adalah model pengelolaan yang memberikan otonomi (
kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada sekolah ),
Fleksibilitas, mendorong partisipasi secara langsung dari warga
sekolah dan masyarakat, dan meningkatkan mutu sekolah berdasarkan
kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Tujuan
umum Manajemen berbasis sekolah adalah untuk memandirikan atau
memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan ( otonomi ) kepada
sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah
untuk mengelola sumber daya sekolah dan mendorong partisipasi warga
sekolah serta masyaratkat untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Manfaat MBS secara
umum adalah mendorong profesionalisme guru dan kepala sekolah sebagai
pembimbing pendidikan di sekolah. Serta meningkatkan prestasi melalui
kemandirian sekolah.
Strategi
implementasi MBS, melauli beberapa tahapan yaitu tahap sosialisasi,
plotting dan disemelasi.
Hambatan dalam
implementasi MBS adalah dibutuhkan SDM yang memadai dalam pelaksanaan
MBS, namun di setiap sekolah tidak semua mempunyai SDM yang memadai
sehingga MBS tidak dapat berhasil dengan baik disemua sekolah.
Daftar Pustaka
Rohiat.
2010.Manajemen Sekolah.Bandung
: Refika Aditam.
Husaini,Usmani.
2008.Manajemen.Jakarta Timur
: Bumi Aksara.
Minarti ,Sri.2011.
Manajemen Sekolah. Yogyakarta
: Ar-Ruzz.
Engkoswara dan Aan
Komariah.2011.Administrasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Jurnal.untan.ac.id
( Wahyudi.2012,Jurnal ( Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
Dalam Rangka Desentralisasi Pendidikan).Pontianak : FKIP Universitas
Tanjungpura, hal. 3).Diakses tanggal 28Desember 2013
Mulyasa.2007.Manajemen
Berbasis Sekolah.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Journal.amikom.ac.id(Ki
Supriyoko.2004.artikel.Kendala Manajemen Berbasis Sekolah).Jakarta:
Majalah Fasilitator.
Diakses
tanggal 28 Desember 2013
Mulyono,
MA.Manajemen
Administrasi dan Organisasi Pendidikan,.Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media
1
Rohiat, Manajemen
Sekolah, Refika Aditama, Bandung,
2010, hal. 47
2
Usman Husaini, Manajemen,
Bumi Aksara, Jakarta Timur 2008, hal. 573
3
Sri Minarti , Manajemen
Sekolah, Ar-Ruzz
Media,Yogyakarta, 2011,
hal.56
4
Sri Minarti , Manajemen
Sekolah, Ar-Ruzz
Media,Yogyakarta, 2011,
hal. 69
5
Engkoswara dan Aan Komariah.2011.Administrasi Pendidikan. Bandung :
Alfabeta
6
Mulyono, MA, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.hal.245
7
Ibid,hal.246
8
jurnal.untan.ac.id (
Wahyudi.2012,Jurnal ( Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Dalam
Rangka Desentralisasi Pendidikan).Pontianak : FKIP Universitas
Tanjungpura, hal. 3)
9
Mulyasa, 2007, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, hal.58
10
Ibid, hal.59
11
jurnal.untan.ac.id (
Wahyudi.2012,Jurnal ( Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Dalam
Rangka Desentralisasi Pendidikan).Pontianak : FKIP Universitas
Tanjungpura, hal. 5)
12
Mulyasa, 2007, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, hal.62
13
Mulyono,Manajemen Administrasi dan OrganisasiPendidikan,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, hal 261
14
Ibid, hal 262
15
Ibid, hal 262
The best slot machine games online - Jet Casino
BalasHapusPlay 서울특별 출장샵 all the popular casino games online from your mobile 당진 출장샵 devices and read our 구미 출장마사지 reviews of the 보령 출장샵 best 당진 출장샵 slot machines to win big with Jet Casino.All · New and exclusive · Games